Pemikiran dan Logika

Senin, 15 Juni 2009

Konsep Strategi

Review konsep Strategi

Oleh, Asep Ruli Radimal R

Istilah Strategi

Istilah strategi sebenarnya tidak asing dalam setiap percakapan sehari-hari. Seringkali istilah strategi ini dalam pemikiran kita mempunyai pengertian sendiri dalam membaca kata ini dalam sebuah tulisan atau sedang berbicara dengan orang lain. Artinya istilah strategi ini sudah sangat populis, tetapi yang membingungkan dari istilah stertagi ini yaitu orang sering menyamakan strategi dengan taktik atau siasat.

Norton dan Kaplan berpendapat dalam buku terbarunya, The Execution Premium: Linking Strategy to Operations for Competitive Advantage, Strategi dan operasi (taktik) adalah dua hal yang sama-sama penting namun berbeda. Lebih jelas lagi Sun Tzu mengatakan dalam bukunya The Art of War yaitu, "Strategy without tactics is the long road to victory; tactics without strategy is the noise before defeat." (www.lianto.blogspot.com/apa-itu-strategi.html, diakses pada: 8 Juni 2009). Strategi tanpa taktik adalah jalan panjang menuju kemenangan, taktik tanpa strategi adalah suara kegaduhan sebelum kekalahan. Strategi dan taktik boleh dibilang dua hal yang saling melengkapai satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebagai ilustrasi dalam sebuah permainan sepakbola seoarang pelatih menginstruksikan starteginya berupa strategi penyerangan untuk kemenangan tim dengan taktik yang dipakainya berupa formasi 4-3-3 dengan tiga penyerang sekaligus, taktik tembakan jarak jauh yang dilakukan setiap penyerangnya dan taktik-taktik lainnya yang mendukung strategi penyerangan. Itu artinya sebuah strategi haruslah sejalan dengan taktik-taktik yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan yaitu kemenangan tim dan begitupun sebaliknya, karena apabila strategi dan taktik tidak bisa sejalan, tujuan yang diharapkan akan sangat sulit tercapai.

Pengertian strategi memberikan beberapa dimensi strategi diantaranya:

1. Strategi sebagai penentu tujuan jangka panjang, program kerja, dan alokasi sumberdaya. Dalam dimensi ini, strategi merupakan cara untuk secara eksplisit menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-sasaran organisasi, program kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, dan alokasi sumberdaya yang diperlukan.

2. Strategi sebagai penentu aspek keunggulan organisasi. Di sini strategi dijadikan power yang efektif untuk menentukan segmentasi produk dan pasar. Segmentasi itu mencakup baik penentuan customer maupun pengenalan tentang competitor yang dihadapi.

3. Strategi sebagai penentu tugas manajerial. Dimensi ini memperlihatkan tiga perspektif organisasi sebagai korporasi, bisnis, dan fungsi-fungsi. Ketiga perspektif ini harus dilihat secara holistik dengan tetap memperhatikan perbedaan tugas manajerial masing-masing perspektif. Strategi dipilahkan dari sekedar efektivitas operasional yang terdiri dari serangkaian aktivitas. Di samping menentukan dan menyusun aktivitas yang perlu dilakukan untuk mencapai level terbaik, strategi juga berperan memperlihatkan bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut saling berhubungan.

4. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan yang saling mengikat. Di sini strategi dilihat sebagai pola pengambilan keputusan berdasarkan masa lampau yang mungkin ikut menentukan apa yang harus dilakukan di masa depan.

5. Strategi sebagai pernyataan keinginan strategis. Dimensi ini menempatkan strategi sebagai perumus posisi strategis organisasi tentang besarnya tantangan dalam mencapai tujuan. Di sini strategi tidak berhenti hanya pada penyusunan program-program yang sudah atau sedang berjalan, tetapi terus terarah pada pemusatan daya kreativitas dan mendorong organisasi ke posisi yang semakin jaya.

6. Strategi sebagai upaya mengalokasikan sumberdaya untuk mengembangkan keunggulan daya saing yang bersinambung. Di sini kompetensi inti terkait erat dengan sumberdaya organisasi. Dan strategi dilihat sebagai model investasi berbasis sumberdaya untuk mengembangkan sumberdaya sebagai sarana mencapai keunggulan. Di sini mau ditekankan bahwa keunggulan daya saing tergantung pada pengembangan sumberdaya organisasi.

(www.lianto.blogspot.com/apa-itu-strategi.html, diakses pada: 8 Juni 2009)

Dari ke enam dimensi diatas, penulis berkesimpulan pengertian strategi haruslah bersifat keseluruhan dari setiap bagian-bagian dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Artinya berbicara pengertian strategi berarti berbicara pula dari keseluruhan dari enam dimensi tersebut. Sependapat dengan apa yang dikatakan Kaplan & Norton yang dimaksud strategi yaitu,

“Strategi sebagai konsep adalah blueprint masa depan berjangka panjang. Blueprint itu terdiri dari dua bagian utama, yakni tujuan jangka panjang dan cara untuk mencapai tujuan jangka panjang itu berdasarkan tujuan dan aktivitas dalam perspektif financial, perspektif customer, perspektif proses internal, dan perspektif learning and growth. Dengan perpaduan dua bagian utama ini, suatu strategi akan benar-benar menjadi konsep yang terstruktur dan holistik. strategi akan menjadi konsep pars pro toto (bagian-bagian untuk keseluruhan/terstruktur) sekaligus totem pro parte (keseluruhan untuk bagian-bagian/holistik).”

(www.lianto.blogspot.com/apa-itu-strategi.html, diakses pada: 8 Juni 2009)

Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Icuk Rangga Bawono dalam makalahnya yang berjudul Manajemen Sektor Publik: Langkah Tepat menuju Good Governance, Mereka mendefinisikan strategi menjadi:

“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat ) dan terus – menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dengan apa yang terjadi.” (Icuk, 2007:6)

Pengertian strategi kemudian berkembang dengan adanya pendapat John Von Neumann seorang ahli matematika dan Oskar Morgenstern seorang ahli ekonomi. Mereka memasukkan istilah games dan adanya faktor yang sama dalam games yang sesungguhnya. Mereka pun mengakui bahwa teori games sesungguhnya adalah teori strategi (Mc Donald dalam Salusu, 2003:87). Teori menyebutkan dua atribut utama yang harus senantiasa diingat yaitu ketrampilan dan kesempatan dimana keduanya merupakan kontribusi bagi setiap situasi stratejik. Menurut Salusu situasi stratejik yaitu,

“Situasi stratejik merupakan suatu interaksi antara dua orang atau lebih yang masing – masing mendasarkan tindakannya pada harapan tentang tindakan orang lain yang tidak dapat ia kontrol, dan hasilnya akan tergantung pada gerak – gerik perorangan dari masing – masing pemeran.” (Salusu, 2003:87).

Konsep Strategi Sektor Publik

konsep strategi yang ingin penulis tekankan dalam tulisan ini menyangkut strategi dalam sektor publik. Henry Mintzberg yang dikutip Wilopo dalam seri Jurnal Administrasi Negara UNIBRAW Malang yang berjudul Improvisasi Manajemen Strategis dalam Sektor Publik mengatakan,

”Strategy formation must above all emphasize learning, notably in circumstances of considerable uncertainty and unpredictabilkity, or ones of complexity in which much power over strategy making has to be granted to a variety of actors deep inside the organization. We also reject the model where in tends to be appied with superficial understanding of the issues in questions”. (Wilopo, 2002:11)

Pendapat Mintzberg ini didalam melhat strategi itu pada dasarnya tidak ada perbedaan antara strategi pada sektor publik dengan strategi pada sektor swasta, tetapi lebih menekankan pada pendekatan yang maksimalisasi birokrasi yang profesional dalam format organisasi. Sedangkan perbedaan terbesar strategi antara sektor publik dan swsata akan nampak pada aspek konten ketimbang format. Menurut Anthony dan Young dalam Salusu (2003) penekanan organisasi sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu:

“(1) Tidak bermotif mencari keuntungan. (2) Adanya pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak. (3) Ada kecenderungan berorientasi semata – mata pada pelayanan. (4) Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi. (5) Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk mendapatkan bantuan keuangan (6) Dominasi profesional. (7) Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat penting.” (Salusu, 2003:22)

Konsep Strategi Melalui Pendekatan Manajemen Stratejik Sektor Publik

Manajemen stratejik tidak hanya digunakan pada sektor swasta tetapi juga sudah diterapkan pada sektor publik (Icuk, 2007:7). Artinya Penerapan manajemen stratejik pada kedua jenis institusi tersebut tidaklah jauh berbeda. Menurut Icuk Rangga Bawono bahwa manajemen strategi sektor publik yaitu,

“Manajemen stratejik sektor publik mengarahkan organisasi sektor publik untuk melakukan perencanaan manajemen dengan mempertimbangkan dengan baik faktor – faktor pendukung dan penghambat dalam organisasi melalui salah satu alat manajemen stratejik yaitu analisis SWOT. Analisis SWOT berusaha untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang ada dalam organisasi kemudian berusaha menterjemahkannya ke dalam suatu strategi utama untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi.” (Icuk, 2007:11)

Kemudian, apabila dijadikan satu kesatuan manajemen strategi merupakan pendekatan sistematis untuk memformulasikan, mewujudkan dan monitoring strategi (Toft dalam Rabin et.al, 2000:1). Sedangkan Siagian (2004) mendefinisikan manajemen stratejik sebagai berikut, “Serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut”. (Siagian, 2004:15)

Untuk membuktikan perlunya manajemen sektor publik dalam organisasi sektor publik banyak penelitian yang mengupas pentingnya manajemen stratejik pada sektor publik seperti yang dikutip oleh Icuk Rangga Bawono yaitu,

“Penelitian Roberts dan Menker yang mengupas mengenai manajemen stratejik pada pemerintah pusat di Amerika Serikat hasilnya mereka megusulkan adanya pendekatan baru dalam manajemen sektor publik yaitu pendekatan generatif selain pendekatan yang sudah ada yaitu pendekatan direktif dan pendekatan adaptif. Pendekatan direktif merupakan pendekatan yang bersifat dari atas ke bawah (top – down) dan lebih sedikit melibatkan anggota dalam organisasi sektor publik. Pendekatan adaptif lebih menekankan pada kebersamaan dalam organisasi dalam menetapkan tujuan pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan pendekatan generatif menekankan pada pentingnya seorang pemimpin (leader) dalam melakukan fungsi penetapan tujuan, pelaksanaan dan evaluasi dengan tidak mengesampingkan anggota lain dalam organisasi sektor publik.” (Icuk, 2007:13)

Manajemen stratejik juga sudah diterapkan di Indonesia salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Seperti yang dicontohkan Nawawi (2003) dalam tulisannya Departemen Pendidikan Nasional sebagai organisasi pengelola melakukan proses manajemen stratejik yaitu dengan mengendalikan strategi dan pelaksanaan pendidikan nasional yang diwujudkan dalam Sistem Pendidikan Nasional baik secara formal (pendidikan jalur sekolah) maupun pendidikan non formal (pendidikan jalur luar sekolah). (Nawawi dalam Icuk, 2007:9)

Kesimpulan

Dari kajian diatas penulis menyimpulkan bahwa strategi merupakan suatu tujuan jangka panjang dari suatu organisasi dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan cara-cara operasional yang di sebut taktik yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Penerapan strategi juga diterapkan pada organisasi sektor publik yang lebih menekankan pada fungsi pemerintah yaitu fungsi pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan yang dilakukan oleh birokrasi. Adapun pendekatan yang dipakai menggunakan pendekatan manajemen strategi. Hal ini dikarenakan manajemen strategi merupakan proses strategi yang menyeluruh sehingga tujuan yang diharapkan dapat terencana, terimplementasi dan terkendali dengan baik.

Definisi-definisi

· Menurut Stoner dalam bukunya manajemen yang di terjemahkan oleh Alfonsus Sirait mengemukakan “Stretegi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya Sepanjang waktu.” (Stoner, 1989:139)

· Menurut Anthony seperti yang dikutip oleh Koontz, Donnel dan Weilhrich dalam bukunya manajemen jilid 1 edisi ke delapan bahwa, “Strategi adalah proses penetapan tujuan organisasi penetapan mengenai perubahan dalam tujuan itu, penetapan tujuan itu, penetapan kebijakan yang akan mengasai perolehan, penggunaan dan pengaturan sumber daya itu.” (Anthony, 1984:126)

· Menurut Koontz, Donnel dan Weilhrich dalam bukunya intisari manajemen di kemukakan bahwa, “Strategi adalah arah dimana sumber daya manusia dan material dipakai untuk meningkatkan kesempatan mencapai tujuan-tujuan yan dipilih.” (Koontz, Donnel dan Weilhrich, 1980:180).

· Menurut George A. Steiner dan John B. Miner dalam bukunya kebijakan dan strategi manajemen mengemukakan bahwa Strategi yaitu,

“Strategi adalah penempaan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan internal dan eksternal, perumusan kebikan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi tercapai.” (George A. Steiner dan John B. Miner, 1997:18)

· Menurut Glueck dan Jauch dalam bukunya Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan diuraikan bahwa,

“Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi...manajemen strategis adalah sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suau strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategi menetukan sasaran dan mengambil keputusan.” (Glueck dan Jauch, 1994:6-9)

· Menutut Quinn seperti yang dikutip oleh Sukristono dalam bukunya Perencanaan Strategis Bank mengemukakan bahwa strategi memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. “Strategi meliputi sasaran-sasaran terpenting yang akan dicapai, kebijakan-kebijakan yang penting yang mengarahkan pelaksanaan dan langkah-langkah pelaksanaan untuk mewujudkan sasaran-sasaran tersebut.

2. Mewujudkan beberpa konsep dan dorongan yang memberikan hubungan, keseimbangan dan fokus.

3. Strategi mengutarakan sesuatau yang tidak dapat diduga semula atau sesuatu yang tidak dapat diketahui.”

(Quinn dalam Sukristono, 1992:336)

Daftar Pustaka

Glueck , WF & Jauch LR. 1994. Manajemen strategis dan kebijakan perusahaan.

Jakarta: Penerbit Erlangga

Koontz, H. Donnel, CO &weihirch, heinz. 1989. Intisari manajemen. Jakarta:

Bina aksara

----------------1984. manajemen jilid 1 edisi kedelapan . Jakarta: Erlangga

Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta:

Gramedia

Salusu, J. 2003. Pengambilan keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan

Organisasi non profit. Jakarta: Grasindo.

Siagian P, Sondang. 2004. Manajemen Stratejik, Jakarta: Bumi Aksara

Sukristono. 1992. Perencanaan strategi bank. Jakarta: Ghalia indonesia

Steiner, G. A & Miner , JB. 1997. kebijakan dan strategi manajemen. Jakarta:

Erlangga

Jurnal dan Makalah

Wilopo. 2002. Improvisasi Manajemen Strategis Sektor Publik. JURNAL

ADMINISTRASI NEGARA-VOLUME III\Vol.III, No.1, September 2002

Februari 2003.

Icuk Rangga Bawono. 2007. Manajemen Stratejik Sektor Publik: Langkah Tepat

Menuju Good Governance. Dosen Fakultas Ekonomi UNSOED Purwokerto

Web: www.lianto.blogspot.com/apa-itu-strategi.html

Rabu, 08 April 2009

KOTROVERSI MAHASISWA IKUT POLITIK PRAKTIS

Kontroversi Mahasiswa Ikut Politik Praktis

Oleh, Asep Ruli RR*

Hari itu, ada dua orang perempuan mengetok pintu kamar kos saya, gerangan apa disana, pikir saya, mereka dengan ramah menyapa saya dan mengeluarkan beberapa secarik kertas, ternyata tujuan mereka ialah mensosialisasikan info-info mengenai pemilu 9 april nanti, pikir saya ini merupakan hal yang positif dimana mereka mendatangi setiap warga untuk mengajak atau mengikuti pemilu nantinya. Salut saya, mereka tanpa lelah dan tanpa rasa penat berkeliling walaupun saya tahu hari itu cuaca sangat-sangat menyengat sekali, namun ada hal yang membuat hati saya terperingis, mereka berdua terakhir mengeluarkan secarik kertas tentang bujukan untuk memilih caleg dari pertai tertentu. Kemudian saya bertanya apakah pekerjaan saudari, mereka mengaku sebagai mahasiswa fakultas X yang notabene satu almamater dan seangkatan dengan saya, dalam hati saya gundah, wow ternyata mahasiswa toh. Lanjut hati saya mengatakan, hey kawan lihat di sekelilingmu, didepanmu, dibelakangmu, dikanan kirimu, lihat kawan ada yang kelaparan, ada yang menangis karena tak tahu nasib kedepannya bagaimana, hey kawan, simpan omong kosong di secarik kertas mu itu, bukan itu tugas kamu sebenarnya.

Dari kejadian diatas membuat hati dan pikiran saya terusik, saya bertanya-tanya kenapa dan kenapa, mereka mau dijadikan alat partai, kalo bahasa saya hanya dijadikan sapi perahan. Dimana letak indefendensi mahasiswa, dimana letak pengabdian masyarakatnya, dimana letak tanggung jawab moral sebagai pelaku yang intelek yang dipercaya masyarakat. Mahasiswa itu mempunyai daya keilmuwan yang dia pelajari dikampus, itu untuk apa? Untuk mengabdi kemasyarakat, keajegan dalam berpandangan tanpa dipengaruhi kepentingan partai karena tugasnya hanya satu bener-benar murni membantu masyarakat. Mereka itu membantu, benar-benar mereka membantu, tapi di dasari kepentingan partai tertentu, hah! apa kata dunia? Kacau, dunia persilatan kawan!

Saya berani bertaruh kepintaran mahasiswa yang dijadikan sapi perahan itu lebih tinggi dibandingkan dengan caleg yang diusungnya, karena kepintarannya tersebut masyarakat pasti mempercayai apa yang dikatakan mahasiswa itu. Artinya caleg tersebut hanya memanfaatkan si mahasiswa tersebut dan kenapa mahasiswa itu mau? Geleng-geleng kepala saya. Kalo mau, caleg tersebut-lah yang datang ke masyarakat langsung membuktikan kemampuannya bahwa dia memang mampu.

Coba renungkan kawan dan bayangkan bila caleg tersebut ingkar janji, siapa yang pertama yang dicari masyarakat yang pasti salah satunya mahasiswa itu artinya citra mahasiswa menjadi jelek pula, masyarakat pikir dibodoh-bodohi oleh seorang yang intelek. Sungguh khawatir hati saya.

Seharusnya gerak mahasiswa itu mengawasi, memberikan penjelasan bagi yang belum tahu, mengawal masyarakat agar menjadi pemilih yang cerdas, dan satu hal yang penting mencari keadilan bagi rakyat, rakyat, dan rakyat.

Acungkan jari tengah mu kawan bagi mahasiswa yang menjadi sapi perahan dan caleg yang ingkar janji.

*Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan. FISIP. Unpad. Tulisan ini di latarbelakangi kegalauan penulis karena belum mampu memikul tanggung jawab moral sebagai pelaku intelek.

Senin, 30 Maret 2009

KRITIKAN BUAT MAHASISWA

Otokritik Buat Mahasiswa

Oleh: Asep Ruli Radimal Rahman*

Menggelitik buat saya saat melihat kegilisahan mahasiswa sekarang ini. Ada pendapat mengatakan bahwa mahasiswa sekarang ini hanya memperebutkan hal-hal yang kecil. Pendapat ini saya pikir sah-sah saja, seperti contoh mahasiwa sekarang ini lebih mementingkan posisi jabatannya di daerah kampus, seperti memperebutkan kursi BEM, Kursi Hima, bagaimana peta politik dan strategi, siapa kawan siap musuh dan kursi-kursi kekuasaan lainnya yang padahal itu hanya sebatas kepentingan dari kaderisasi Organisasi tertentu. tetapi fungsi utama yang paling hakiki yaitu mengabdi kepada masyarakat selalu diabaikan.

Saya selalu teringiang dengan pendapat JFK, presiden amerika yang dipuja sekaligus di benci ini mengatakan bahwa jangnlah kau tanyakan apa yang telah Negara berikan padamu, tapi tanyakanlah apa yang telah kau berikan terhadap negaramu. Bila dikaitkan dengan dunia mahasiswa. Coba renungkanlah wahai kawan mahasiswa. Saya ambil contoh kawan selalu memperdebatkan masalah kebijakan pemerintah yang tidak becus seperti pengelolaan DPT coba renungkan apakah kawan pernah menjadi panitia KPPS atau setidaknya meluangkan waktu dengan suka rela pergi ke desa menawarakan diri untuk membantu mendata penduduk. Hari ini bukan zamannya lagi mahasiswa hanya berteriak dengan toa panas-panasan dijalan membakar ban dan memacetkan arus lalulintas sehingga menghambat rezeki para “tukang dijalanan” yang notabene merekalah yang sebenarnya kita perjuangkan.

Saya melihat pergerakan mahasiwa ini seakan tercerabut dari akarnya yaitu terrcerabut dari tengah-tengah masyarakat dan Seakan-akan mahasiswa itu berasal dari planet luar bumi. Mahasiswa sekarang ini lebih suka berdebat pada tataran wacana saj tidak pernah ada tindak lanjutnya. Coba kawan renungkan para pemimpin besar seperti Hitler sang pemimpin kotroversial sebelum dia berhasil menjadi Fuhrer (pemimpin) dia aktif bekerjasama dengan para buruh yang ditindas oleh yahudi, mantan militer yang menjadi preman yang kemudian dia rangkul sehingga menjadi cikal bakal terbentuknya Pasukan tempur “SS” yang ditakuti didunia. Baginya harga diri rakyat jerman adalah yang paling utama. Kemudian Contoh kedua. Soekarno sang proklamator yang dipuja bagikan dewa dan dibenci sebagai pecandu wanita. Sebelum dia berhasil menjadi pemimpin. dia dimana-mana diasingkan, dipenjara kedaerah terpencil tetapi apa yang dia lakukan dia mengabdi kepada masyarakat, mengajarkan nya menulis, mengajarkan membaca sampai-sampai untuk mengalahkan soekarno hanya ada satu cara yaitu menjauhkannya dari rakyat. Hal itu terbukti saat soekarno menjalani tahanan rumah dimana dia di asingkan dari rakyatnya akhirnya di lemah dan tidak dapat berbuat apalagi.

Dari contoh diatas sudah cukup jelas pengabdian kepada masyarakat itulah yang paling utama. Hari ini dunia akan selalu berubah. Kita harus berubah kalu tidak mau diubah. Semoga kawan-kawan mahasiswa dapat berkarya, berkontribusi, dan bersolutif demi kemajuan bangsa ini.

Terimakasih

* Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad. Tulisan ini dilatarbelakangi karena kegundahannya sebagai mahasiswa yang belum dapat berkarya, berkontribusi, dan bersolutif untuk kemajuan bangsa.

Label: