Pemikiran dan Logika

Rabu, 08 April 2009

KOTROVERSI MAHASISWA IKUT POLITIK PRAKTIS

Kontroversi Mahasiswa Ikut Politik Praktis

Oleh, Asep Ruli RR*

Hari itu, ada dua orang perempuan mengetok pintu kamar kos saya, gerangan apa disana, pikir saya, mereka dengan ramah menyapa saya dan mengeluarkan beberapa secarik kertas, ternyata tujuan mereka ialah mensosialisasikan info-info mengenai pemilu 9 april nanti, pikir saya ini merupakan hal yang positif dimana mereka mendatangi setiap warga untuk mengajak atau mengikuti pemilu nantinya. Salut saya, mereka tanpa lelah dan tanpa rasa penat berkeliling walaupun saya tahu hari itu cuaca sangat-sangat menyengat sekali, namun ada hal yang membuat hati saya terperingis, mereka berdua terakhir mengeluarkan secarik kertas tentang bujukan untuk memilih caleg dari pertai tertentu. Kemudian saya bertanya apakah pekerjaan saudari, mereka mengaku sebagai mahasiswa fakultas X yang notabene satu almamater dan seangkatan dengan saya, dalam hati saya gundah, wow ternyata mahasiswa toh. Lanjut hati saya mengatakan, hey kawan lihat di sekelilingmu, didepanmu, dibelakangmu, dikanan kirimu, lihat kawan ada yang kelaparan, ada yang menangis karena tak tahu nasib kedepannya bagaimana, hey kawan, simpan omong kosong di secarik kertas mu itu, bukan itu tugas kamu sebenarnya.

Dari kejadian diatas membuat hati dan pikiran saya terusik, saya bertanya-tanya kenapa dan kenapa, mereka mau dijadikan alat partai, kalo bahasa saya hanya dijadikan sapi perahan. Dimana letak indefendensi mahasiswa, dimana letak pengabdian masyarakatnya, dimana letak tanggung jawab moral sebagai pelaku yang intelek yang dipercaya masyarakat. Mahasiswa itu mempunyai daya keilmuwan yang dia pelajari dikampus, itu untuk apa? Untuk mengabdi kemasyarakat, keajegan dalam berpandangan tanpa dipengaruhi kepentingan partai karena tugasnya hanya satu bener-benar murni membantu masyarakat. Mereka itu membantu, benar-benar mereka membantu, tapi di dasari kepentingan partai tertentu, hah! apa kata dunia? Kacau, dunia persilatan kawan!

Saya berani bertaruh kepintaran mahasiswa yang dijadikan sapi perahan itu lebih tinggi dibandingkan dengan caleg yang diusungnya, karena kepintarannya tersebut masyarakat pasti mempercayai apa yang dikatakan mahasiswa itu. Artinya caleg tersebut hanya memanfaatkan si mahasiswa tersebut dan kenapa mahasiswa itu mau? Geleng-geleng kepala saya. Kalo mau, caleg tersebut-lah yang datang ke masyarakat langsung membuktikan kemampuannya bahwa dia memang mampu.

Coba renungkan kawan dan bayangkan bila caleg tersebut ingkar janji, siapa yang pertama yang dicari masyarakat yang pasti salah satunya mahasiswa itu artinya citra mahasiswa menjadi jelek pula, masyarakat pikir dibodoh-bodohi oleh seorang yang intelek. Sungguh khawatir hati saya.

Seharusnya gerak mahasiswa itu mengawasi, memberikan penjelasan bagi yang belum tahu, mengawal masyarakat agar menjadi pemilih yang cerdas, dan satu hal yang penting mencari keadilan bagi rakyat, rakyat, dan rakyat.

Acungkan jari tengah mu kawan bagi mahasiswa yang menjadi sapi perahan dan caleg yang ingkar janji.

*Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan. FISIP. Unpad. Tulisan ini di latarbelakangi kegalauan penulis karena belum mampu memikul tanggung jawab moral sebagai pelaku intelek.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]



<< Beranda